Waktu Gak Sengaja Hampir Masuk Sekte

 

Hai, Kala di sini. Setelah beberapa kegagalan dalam mencari tempat part time, aku akhirnya memutuskan untuk memakai waktu luangku untuk hal lain. Di universitasku, disediakan berbagai jenis klub yang bisa diikuti sesuai bakat dan minat masing-masing. Meski terhitung terlambat dan bukan anggota resmi, aku masih bisa ikut berbagai kegiatan klub dengan membayar biaya aktivitas. Ada beberapa klub yang menarik minatku, salah satunya adalah klub dimana kita bisa memasak, membuat DIY, volunteer, hiking, dsb. Aku sebenarnya lebih tertarik pada kegiatan volunteer ini. Dari foto-foto yang dipost di IG, volunteer ini bisa ke panti jompo atau menemani anak-anak SD bermain. Nah, kegiatan minggu lalu yang aku ikuti itu kebetulan pergi ke panti jompo. 

Volunteer ke panti jompo jadi pengalaman baru buat aku. But, we’re not gonna talk about that right now. Yang mau aku ceritain adalah, aku sepertinya ikut les kilat buat ikutan semacam sekte dengan embel-embel volunteer? Nah, mungkin buat orang Indonesia, nama sekte ini kurang familiar di telinga. Aku juga sama, jir! Aku baru tau ini sekte setelah gugel. But here is the story. 

Jadi gini, sehari sebelum acara ini, aku ditelepon oleh salah satu kakak kelas penanggung jawab klub ini. Dia jelaskan sedikit run down acara ini dan dia juga bilang bahwa akan ada semacam blessing. Ini entah emang Mandarinku yang jeblok atau emang akunya aja yang bego. Kayaknya sih dua-duanya. Tapi aku iyakan aja dulu. Mau minta penjelasan pun, bingung mau nanya apa, kan. Malam itu, aku tertidur nyenyak tanpa memikirkan apapun. Siapa yang tahu kalau keesokan harinya aku bakal memegang stik kayu pendek yang harus kusimpan di dalam guci yang berasap, mengucapkan kembali segelintir kalimat yang aku raba-raba artinya, dan sujud menyembah well, 12 kali? Awalnya kupikir mereka akan membiarkan aku melihat prosesi acaranya dari belakang saja. Karena diawal aku sudah bilang aku beragama Kristen. Tapi ketika kamu sudah ada di tengah prosesi khusyuk nan syahdu agama lain - ditempat yang kamu aja gak tau ada dimana karena aku dianter pake mobil - aku jadi nurut saja apa yang mereka katakan.

Well, you could judge me that I’m not a real Christian whatsoever. Or that I could actually refused at that time being. But, terlepas dari kegagalan aku menanggapi situasi semacam itu, aku cuma mau share pengalaman aku aja. Sebenarnya acara blessingnya sendiri hanyalah menulis sepucuk kertas berisi nama asli, no telepon, alamat rumah di Indonesia. Betul sekali, salah satu orang di sana -dengan spesifik- memintaku untuk menulis alamat rumah di Indonesia. Katanya, supaya blessingnya sampai ke alamat yang tepat. Di belakangnya, ada beberapa list tentang berbagai macam berkat yang kau inginkan. Mulai dari kesehatan, keberuntungan, kemakmuran, pekerjaan lancar, ujian lancar, dsb. 

Nama yang kutulis di selembar kertas ini akan disalin ke selembar kertas kaligrafi yang kemudian akan dibacakan oleh seorang transmitter. Yang terakhir, adalah wanita paruh baya yang memimpin semua prosesi ini. Dikatakan, ia telah mengabdikan dirinya semenjak usia 16 tahun. Setelah ia membacakan sederetan nama, kertas ini kemudian ia bakar. Menarik ketika para lelaki disuruh untuk bersimbah di depan dupa yang berasap, lalu kemudian diikuti oleh para wanita. Ternyata masih ada pemisahan antara lelaki dan wanita ini. 

Aku lupa ada berapa banyak stik kayu yang harus kutancap di dupa. Tapi stik kayu ini lebih seperti korek api daripada stik kayu panjang yang biasa ditemui di kuil-kuil. Diikuti oleh sujud menyembah entah keberapa kalinya, aku disuruh melepas kacamataku. Dan transmitter itu kemudian berjalan ke arahku, menyentuh titik di tengah kedua mataku dari sisi kanan dan kiriku. Sementara itu, aku harus melihat ke arah lilin yang menyala. Kemudian, ia menyuruh aku untuk melipat tanganku seperti er.. Shaolin sebelum pamit pergi? Seperti di film-film kung fu lawas yang terkadang aku tonton sewaktu kecil. Mirip seperti ketika aku imlekkan dan aku mengucapkan salam ke orang-orang dewasa sebelum mereka memberi aku angpao. 

Dilihat dari wajah transmitter itu dan kekakuan jari-jemariku, ia terlihat tidak senang dengan cara aku melipat tanganku. Tapi kalau kamu tanya aku sekarang, apakah aku bisa melipat tanganku dengan benar. Well, aku bisa melakukannya tanpa harus didepak dari prosesi itu dan harus les kilat lagi. Karena setelah mengucapkan kalimat rahasia untuk masuk surga sebanyak dua kali. Aku dan salah satu teman Meksiko yang baru aku kenal, kami masuk ke satu ruangan terpisah dari orang-orang Taiwan, untuk dijelaskan tentang prosesi tadi. Yang kemudian kubilang sebagai les kilat. 

Nah, salah satu kakak di sana yang memakai baju mirip biarawati tanpa tudung kepala, kemudian menjelaskan tiga harta. Yang tentu saja kuingat untuk keperluan tulisan haha. Yang pertama adalah titik tengah di antara dua mata yang menjadi pintu bagi jiwa seseorang. Layaknya rumah yang memiliki pintu di tengah dan diapit oleh dua jendela. Nah, mata kita ini menjadi dua jendela itu. Sebutannya dalam bahasa Mandarin, yaitu 七孔八竅. Intinya sih, kita punya tujuh lubang di wajah tapi ada satu lubang gak keliatan. Yang gak keliatan ini adalah lubang di antara dua mata itu. 

Kakak itu juga menyinggung soal Kristus dan pikul salib. Tapi sayangnya, bagian itu gak menempel di otak usangku. Yang kedua adalah sebuah kalimat rahasia yang menjadi kunci surga. Ada lima aksara Chinese yang tidak boleh ditulis dan hanya boleh diucapkan secara lisan saja. Untuk menghormati, aku tidak akan menuliskan kata-kata nya disini. Tapi artinya kurang lebih adalah “berbahagia seperti Dewa Kemakmuran”. Mungkin, kalau penafsiranku tidak salah. Yang terakhir adalah tata cara melipat tangan seperti Shaolin yang kubilang tadi. Lipatan tangannya harus sedemikian rupa, sehingga jemari kiri bisa menutupi jemari kanan dan berbentuk seperti hati. Ia bilang itu karena tangan kanan adalah tangan buruk yang suka memukul orang dan mencuri barang. 

Setelah les kilat cepat itu, aku diberikan kartu identitas baru dengan namaku tertulis beserta lokasi kuil dan pimpinan sektenya. Aku juga diberikan dua buku full in Chinese yang aku gak mau repot-repot menerjemahkannya. Diikuti sebuah apel tanda keberuntungan dan sebuah gelang anyaman dengan lima bola berwarna. Aku makan siang vegetarian, melakukan volunteer-ku lalu pulang dengan selamat. Anyway, sekte yang kubaru tau setelah nanya Mbah Gugel, namanya adalah I-Kuan Tao. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer