Karena Kamu Cantik

 

Hai, Kala di sini. Sudah lama sekali aku menaruh perhatian pada beauty privilege. Aku ingat waktu SD dulu, ada seorang teman perempuanku yang cantik dan terkenal di kalangan anak laki-laki. Punya banyak teman dan diperebutkan oleh teman-teman seangkatan mungkin salah satu beauty privilege paling sederhana saat bocah dulu. Aku juga sering menonton banyak bahasan tentang beauty privilege ini dari para feminisme di Youtube. 


Tak kusangka, bentuk lain dari beauty privilege kualami saat masa magang ini. Jadi ceritanya, aku punya seorang teman yang alisnya luar biasa perfek sampai gak usah dicukur, gak usah digambar, pokonya ga usah diapa-apain udah bagus, deh. Buat kamu yang ketawa dan mikir apa hubungannya alis sama cantik. Plis, alis itu ngaruh banget. Kalo ngga, mana mungkin cewe ngabisin banyak waktu cuma gambar alis doang.


Apalagi sekarang di Taiwan, masker masih menjadi sebuah kewajiban. Otomatis, bagian wajah yang pertama kali dilihat adalah mata dan alis. Temanku yang satu ini cantiknya gak usah diragukan lagi. Meski begitu, ia tetap saja low key dan cuek-cuek bebek. Aku salut dengan sikapnya yang seperti itu, sih. 


Tapi, meski dirinya cuek dan seakan tak peduli. Beda lagi dengan salah satu hairstylist di tokoku. Kebetulan hairstylist ini tinggal seasrama dengan kami. Buat yang pernah baca postingan blogku, pasti tahu siapa hairstylist yang kumaksud ini. Ia juga cantik. Jadi kalau ia bercerita tentang mantannya dulu atau pelanggan yang telah lama mengejar dirinya, aku akan percaya. 


Yang membuatku ternganga bukan pada kecantikan mereka berdua. Tapi pada sikap salah satu hairstylistku ini. Percaya ga percaya, ia bersikap luar biasa baik pada temanku ini. Setiap kali alisnya yang sempurna itu muncul 

mekar pula bunga-bunga di sekitar wajah sang guru. Layaknya manga shoujo yang dulu sering kubaca.


Jika salon sepi dan tidak ada pelanggan, ia pasti mengajak temanku yang satu ini untuk pergi beli makanan. Bahkan untuk sesederhana pergi ke 7-11. Ia suka makanan negara temanku sebesar sukanya pada temanku ini. Dan yang 'kelihatannya' paling tidak adil adalah..


Ia memberikan pelanggannya pada temanku ini. Jadi di salon, kami membantu para hairstylist untuk mencuci kepala pelanggan. Dengan begitu, hairstylist bisa melayani pelanggan yang lain. Guruku ini adalah salah satu guru yang memiliki banyak pelanggan dan hampir semuanya membeli perawatan rambut yang lumayan mahal. Otomatis, gaji temanku ini lebih tinggi dibandingkan kami.


Bahkan pernah pada suatu waktu, aku dan temanku ini sedang duduk santai di sofa. Temanku ini baru saja melayani pelanggan dan sekarang giliranku untuk menjemput. Tapi guruku ini, (senyum pasrah dulu) langsung memberikan pelanggannya kepada temanku ini. Dan kamu tahu, apa alasannya pada bos? Ia bilang aku mencuci rambut terlalu lama :) 


Kalau kamu tahu bagaimana caraku mencuci rambut, kamu pasti tahu kalau aku mencuci rambut tergolong cepat dibanding teman sekerjaku. Kalau pada hari itu aku mencuci rambut sedikit lebih lama, aku tetap merasa alasannya terlalu murahan dan tak masuk akal.


Tapi yang 'kelihatannya' tidak adil bagi manusia, belum tentu tidak adil di mata Tuhan. Karena Tuhan pasti punya rencana sendiri buat tiap manusia. Gaji temanku tetap saja lebih rendah dari pada kami berdua. Kenapa bisa begitu? Akan kujelaskan di postingan berikutnya. Wkwk 


Aku pernah baca di sebuah buku, ada sebuah penelitian yang menyatakan kalau gadis berambut hitam biasanya lebih pintar daripada gadis berambut pirang. Kenapa? Karena gadis berambut hitam harus berusaha lebih keras untuk diakui daripada gadis berambut pirang. Apakah ini disebut ketidak adilan juga? Menurutku ngga.


Kalau di standar manusia, kamu tergolong standar atau bahkan standar ke bawah. Kamu punya dua pilihan, yang pertama adalah merutuki penampilanmu yang gitu-gitu aja atau bahkan menyesal lahir dari orang tua yang tidak rupawan atau kamu bisa mengasah kelebihanmu supaya orang mengakui value yang sebenarnya kamu punya.


Karena sekarang udah gak jaman buat iri soal penampilan. Percaya deh, orang cantik juga punya deritanya masing-masing. Daripada mengasihani diri sendiri dan buang-buang waktu memandang cermin yang tak bisa membuatmu menjadi 'cantik' seketika, lebih baik keluarkan tenagamu, waktumu, pikiranmu pada sesuatu yang memang dirimu bisa ubah. Bye, Kala ke luar.

Komentar

Postingan Populer