Ulasan Big Magic

 

Hai, Kala di sini. Kali ini aku akan memberi ringkasan dan ulasan dari buku Big Magic. Buku ini bercerita tentang proses kreatif seorang penulis terkenal, Elizabeth Gilbert. Menurutku sendiri, buku ini bertujuan untuk mengajak sekaligus meyakinkan kita untuk terjun ke bidang kreatif. Dan aku rasa, beliau berhasil menghasutku untuk mempertimbangkan industri kreatif sebagai pekerjaan.


Buku ini sendiri dibagi menjadi empat bagian besar yang di dalamnya dibagi lagi menjadi beberapa judul kecil. Bagi kalian yang tak punya banyak waktu, buku ini cocok untuk kalian baca karena setiap bagian kecilnya bisa dibaca dalam sekali duduk. Per bagian besar juga tidak terlalu memiliki kesinambungan. Tapi aku tetap merekomendasikan kalian untuk baca berurutan.


Bagian yang pertama, courage berisi tantangan untuk kita berani menggubris sisi kreatif kita. Di dunia yang sudah industrialis ini, banyak orang lebih memilih kerja dengan penghasilan yang tetap. Lebih terjamin katanya. Tapi kalau dipikir, sebelum ada pekerjaan dengan penghasilan tetap, bukankah manusia sudah lebih dahulu berkreativitas? Buktinya lukisan-lukisan di gua, ukiran-ukiran di batu, atau seni keramik? 


Ia memaparkan bahwa terkadang banyak orang terlalu khawatir dengan ketidak pastian yang ditawarkan oleh dunia kreatif. Tapi, bukankah hidup cuma sekali. Sampai kapan kita dikungkung oleh rasa takut dan mengabaikan harta karun terpendam dalam diri kita? Memang benar, rasa takut itu akan selalu ada, selalu menghantui setiap langkah kita. Tapi pada akhirnya, siapa yang memimpin perjalanan, rasa takut atau rasa kreatif yang membuncah?


Di bab kedua, kita berkenalan dengan sang kreatif. Kenapa 'sang' kreatif? Karena di buku ini, Gilbert berpendapat bahwa kekreatifan yang kita miliki sebenarnya adalah mahkluk yang terbang, menari, mencari inangnya. Ia diceritakan sebagai entitas yang mencari orang tepat untuk menelurkan sebuah karya. Makanya, kebanyakan orang bisa tiba-tiba kepikiran ide di tempat yang tidak diduga. Hayo ngaku, siapa yang dapat ide pas lagi boker?  


Bagiku, kreatif bagai atom yang beterbangan di alam, tak kita lihat tapi ada. Tak pernah mati dan hidup dari satu tubuh ke tubuh lain. Seperti kata Gilbert,


"Your creativity is way older than you are, way older than any of us."


Oke, sekarang kamu udah punya keberanian dan berkenalan dengan kreatif yang agung itu, tapi benarkah kamu diizinkan oleh semesta untuk berkarya? Gak usah sampe semesta, deh sama orang tua aja belum tentu diizinkan. Permission, bab ketiga berisi daftar alasan bahwa sesungguhnya, kau tak perlu memiliki izin dari siapa pun. 


Kenapa? Karena ketika kamu membuat sesuatu, kamu memang membuatnya karena menyukainya. Kamu gak melakukan itu untuk orang lain, you just simply like to make things. And that's it. Dengan motivasi itu, orang kreatif seharusnya tak mengharapkan hasil karya mereka dapat menghasilkan sesuatu. Kita tidak bisa mengandalkan industri kreatif untuk membayar diri kita sendiri.


Aku suka karena buku ini tidak berisi janji-janji manis yang ditawarkan oleh industri kreatif. Di dalamnya, kita dapat menemukan banyak pengalaman yang tak 'menghasilkan' dari sang penulis sebelum bukunya; Eat, Pray, Love akhirnya berbuah manis dan melambungkan namanya. Tapi, sebelum itu, kita harus terlebih dulu persistence mengasah skill kita.


Bab terakhir berisi peneguhan kembali dengan sesuatu yang sedang atau bahkan akan kita kerjakan. The creative path is not always a fun path. Tapi kembali lagi, kita memilih dunia kreatif, dunia yang serba tidak pasti ini karena kita menyukainya. You just enjoy it so much until you don't care about the result at all. And you won't to burden that creative to pay for your life. 


Di bagian akhir ini juga disinggung tentang bagaimana banyak orang kreatif menjadikan luka mereka untuk menghasilkan karya, seperti ketergantungan akan obat, kecanduan alkohol, hubungan yang tidak sehat, dan seterusnya. Ia menegaskan bahwa kita tidak perlu ada dalam situasi itu untuk membuat sebuah karya. Galau juga termasuk, ya. Masa harus galau dulu baru buat karya, ga asik dong.


Yang kita butuhkan adalah kedisiplinan untuk membuat sebuah karya. Dan jujur, inilah yang menjadi rintanganku. Di keseharian yang meminta banyak perhatian dariku, lelah selalu dijadikan alasan untuk main hp dan buang-buang waktu menonton konten yang kurang bermanfaat. Tapi, buku ini benar-benar memotivasiku untuk meluangkan waktu dan membuat sesuatu, seberapa kecil dan tidak penting itu.


Bagian paling berkesan dari buku ini adalah pandangan hidup baru sebagai trickster, seseorang yang percaya diri dengan dirinya sendiri, menganggap dunia ini adalah sebuah permainan yang setiap rintangan bisa dicari solusinya. Ia tidak mempermasalahkan setiap kegagalan yang ia buat dan tetap melangkah maju. Karena pada saat sesuatu menjadi sulit, saat itulah hal menjadi menarik.



Komentar

Postingan Populer