Pelanggan yang Datang, Tapi Aku yang Bayar
Hai, Kala di sini. Postingan kali ini sedikit berbeda dari postingan biasanya. Kali ini aku akan menulis momen tentang pelanggan salon yang kubantu cuci kepalanya. Seorang pria kecil berusia empat tahun yang menjadi celengan pertamaku di tempat magang.
Ia datang bersama kedua orang tuanya. Selagi kedua orang tuanya dilayani oleh kakak kelasku, aku disuruh mencuci kepalanya. Jujur, aku suka anak kecil karena mereka tak punya banyak permintaan dan gerakannya lucu untuk diperhatikan. Namun, yang menjadi kesulitan adalah kepalanya yang kecil membuat air lebih mudah membasahi baju. Apalagi cuaca di luar sedang dingin-dinginnya sehingga banyak pelanggan datang memakai baju berbahan wol yang terkenal dengan tebalnya.
Hal yang membawaku pada tragedi selanjutnya mungkin bukan sekadar bajunya yang basah, tapi keterlambatanku dalam menyadari bahwa bajunya basah. Selagi kedua orang tuanya melakukan perawatan rambut, ia sudah duduk manis dengan ipad yang kecerahan layarnya melebihi cerahnya masa depanku. Dari kejauhan, aku dapat melihat ia yang sering memegang tudung jaketnya yang terbuat dari wol. Dari situ, aku sudah mendapat firasat, pasti aku melakukan kesalahan. Tapi terlambat, ia langsung memberitahukan ayahnya yang berbadan besar dan berkumis.
Aku langsung datang mendekat. Dari jarak segitu, aku dapat mendengar responnya yang tak menyalahkan. Meski begitu, sudah tugas kami mengeringkan baju yang 'tak sengaja' kebasahan. Kalo basahnya udah banyak, sekalian aja dicuci bajunya. Habis itu, kita bisa langsung dapat tiket pesawat balik ke Indonesia wkwk. Becanda deng, tapi kalau mau ditiru, lakukan dibawah pengawasan profesional, ya.
Singkat kata, aku yang pemula ini mencoba untuk mengeringkan jaket wol milik seorang bocah. Padahal dalam hati, aku mengutuk diriku sendiri yang membasahi baju pelanggan. Bukan apa-apa, masalahnya ini bukan yang pertama kalinya terjadi dan aku sudah mendapat teguran dari bos. Di salonku yang kecil, sulit untuk menyembunyikan kesalahan. Karena cermin ada di mana-mana dan memantulkan setiap pekerjaan kita.
Melihat aku yang kesulitan, seorang penata rambut datang menghampiriku. Pada akhirnya ialah yang mengeringkan jaket bocah itu. Ketika sudah selesai, ia menghampiri dan menegurku. Tapi sialnya, bosku kebetulan sedang ada di situ dan ia bertanya apa yang terjadi. Di detik itu juga, aku tahu sesuatu akan terjadi.
Mungkin bagimu, bosku terdengar menyeramkan dan galak. Tapi sesungguhnya, ia hanya seorang hairdresser yang melaksanakan kewajibannya sebagai bos. Ya itu, nyuruh-nyuruh orang, kasih teguran, dan pacaran.. Becanda kok, dia gak seburuk itu. Tapi, tak sebaik itu untuk dihormati sebagaimana mestinya.
Mendengar cerita rekan kerjanya, ia berjalan menuju counter, mengeluarkan sesuatu dari rak. Dari kejauhan, aku dapat mendengar suara gemerincingan. Ia memanggil namaku dan hal terakhir yang kuingat, aku memasukkan dua pecahan koin senilai 10 NTD ke dalam celengan babi.
Tak kusangka, seorang bocah berusia empat tahun yang bahkan tak tahu password ipadnya, membuatku mengeluarkan 20 NTD secara sukarela di bawah paksaan halus. Tapi dari kejadian ini, aku punya pengalaman yang bisa kuceritakan. Dan pastinya, aku tak akan membasahi baju pelanggan lagi.
-Kala (2 Maret 2022)
Komentar
Posting Komentar