Hari Minggu di Hsin-Sih Park (新勢公園)

Aslinya ga secerah ini gaes, kuedit fotonya :(

Hai, Kala di sini. Karena satu dan lain hal, aku jadi tak sempat menulis di blog ini. Padahal ide post sudah bertebaran banyak sekali, tapi tak satupun yang bisa terselesaikan. Oleh karena itu, di hari Minggu yang berawan ini aku menulis kesanku berjalan-jalan di taman Hsin-sih.


Terkagum sama pemerintah di sini

Fu terbalik melambangkan hok dari Tuhan


Letak taman ini sendiri tidak begitu jauh dari asrama tempat magangku, kira-kira satu kilometer jaraknya. Perlu diketahui, aku bisa pergi ke taman ini berkat Google Maps yang sudah canggih menunjukkan jalan sekaligus spoiler preview taman ini. Meski sudah dapat preview, aku masih dibuat terpana dengan fasilitas taman ini.


Di Taiwan sendiri, taman-taman terbuka dengan playground dan alat-alat olahraga sudah bertebaran layaknya garam yang ditabur di atas masakan. Tak perlu jauh-jauh, kau sudah menemukan playground serupa dari yang terakhir. Itu sendiri sudah membuatku kagum dengan cara pemerintahan di sini.


Tapi, luasnya taman ini membuatku lebih terpana lagi. Banyak playground yang ditemui di sini. Dan kesemuanya dipenuhi oleh bocah-bocah imut berusia tujuh tahun ke bawah. Sungguh, aku menyesal karena datang pada hari Minggu. Karena playground yang dipenuhi anak-anak dan orang tua baru, aku kan jadi gak bisa cobain main :( Malu juga udah gede gini masih tataeukkeun. 

Bohong deng, aku naik ini kok :v


Suasana keluarga orang Taiwan

Tapi karena itulah, aku sedikitnya dapat memperhatikan interaksi keluarga di Taiwan. Sesuatu yang tak kudapatkan di lingkup sekolah dan tempat magang. Aku dapat melihat pasangan orang tua dan anak-anak mereka berceloteh ria. Terkadang, aku melambatkan jalanku hanya untuk mendengar celotehan anak-anak dengan suara cemprengnya. 

Aku selalu berpikir, cara terbaik untuk belajar bahasa adalah dengan berkomunikasi dengan anak-anak kecil. Pertama, karena mereka tak akan menjadi kesal kalau mengucapkan kata yang sama berulang kali plus mereka pun tak akan memandang remeh kamu. Kedua, karena mereka juga sedang belajar bahasa tersebut dengan kemampuannya mengimitasi suara. 

Tak hanya keluarga kecil, banyak orang tua lansia yang berjalan-jalan santai di sini. Biasanya mereka ditemani oleh satu atau dua temannya. Tak aneh kalau standar kehidupan di Taiwan lebih tinggi kalo penduduknya saja suka menghabiskan waktu berjalan kaki. Ada juga para kakek-nenek yang membawa cucunya bermain-main. Kesemuanya membangkitkan perasaan sendiri dalam diriku.


Tentu saja aku merasa sendiri karena aku memang pergi ke taman ini seorang diri. Namun merasakan interaksi hangat yang tak bisa kudapatkan semenjak tiga bulan lalu, mau tak mau aku merasa kesepian juga. Kursi goyang tempatku bersandar dan beristirahat sudah kutinggalkan dan kini aku berdiri dengan kedua kakiku sendiri. Bahkan pelan-pelan mulai berjalan menentukan arahku sendiri.


Ada sungai di taman ini

Ketika memasuki kawasan taman ini lebih jauh, kau dapat menemukan aliran sungai tenang. Dan yah, aku malu menulisnya, tapi aliran sungainya bersih, tanpa ada sampah dan tak berbau. Memang airnya tak jernih tapi yang pasti tak sampai menjadi sungai teh tarik. 


Di kanan alirannya, ada sebuah bangunan dari kayu yang terlihat vintage sekali. Sayang, aku tak sempat mengambil foto bangunan yang ternyata pusat informasi ini. Informasinya sendiri mengenai sejarah sungai yang mengalir di samping tadi. Sungai yang ternyata menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting di Taiwan. Aku tahu karena aku menyempatkan diri untuk masuk ke dalam. Pss... Masuk ke dalam tidak dipungut biaya dan ada penjelasan Inggrisnya juga, loh.

Jendela café di sekitar taman

Tapi, apa yang kujumpai di dalam tak akan kuceritakan sampai postinganku yang berikutnya. So, stay tune!  

'Dear Daughter' by Halestorm might be your cup of coffee. Here's the link: https://youtu.be/WHPVb-qMzsY 

Taoyuan, 13 Februari 2022

-Kala








Komentar

Postingan Populer