Aku Tidak Tidur Karena

 


Rasa gatal yang menyeruak. Gatal sekali. Dan kau cuma mau menggali rasa gatal itu, mencabut akar saraf dari lapisan kulitmu supaya kau tak merasa gatal lagi. Tapi semakin kau menggaruk, semakin terasa gatal kulitmu. Dan seperti kucing berahi, kamu terengah, mengeong, dan menggaruk dinding dengan gelisah. Semuanya sia-sia.


Kamu meringkuk, mencoba bernapas dengan teratur. Hari sudah malam dan kamu seharusnya sudah tertidur. Teman sekamarmu berisik. Kau mau marah, tapi takut nanti hubungan kalian retak. Kata-kata umpatan kau lontarkan dalam hati. Ia tetap berisik dan kau tetap tak bisa tidur. 


Kamu sudah menggelung diri dalam selimut yang hangat. Tapi tubuhmu yang tak terbiasa bangun semalam ini main kode-kodean denganmu. Ia bersin. Hidungmu mampat. Dan wajahmu mulai gatal seiring dengan ruam merah yang muncul. Bengkak bekas gigitan serangga itu  menggatal lagi.


Pikiranmu kacau. Kamu sudah lelah, tak bisakah aku mati rasa sebentar saja? Sesuatu mendorong dari dalam dada menuju ke atas, dan tanpa kau sadari, air mata sudah menetes dari pelupuk matamu. Dan bahkan ketika kau menangis pun, kau berusaha untuk tak menimbulkan jejak berupa suara.


Kau merasa tak adil, ketika temanmu tertawa keras-keras pada malam hari tapi kau menangis dalam diam. Semakin ia tertawa, semakin sedih kau menangis. Lagu pengantar tidur kau putar untuk meredam tangisanmu. Untuk menenangkanmu. Menjadi psikotropika amanmu. Dan ketika kau pikir tak ada air mata yang bisa dikeluarkan lagi, kekhawatiran tentang masa depan menyapamu. 


Kau menangis lagi. Lagi. Sampai kepalamu pening. Kelopak matamu membengkak. Dan kau jatuh tertidur pada pukul empat pagi.


Komentar

Postingan Populer