Naik Sepeda ke Weiwuying Metropolitan Park
Hai, Kala di sini. Sudah lama rasanya sejak terakhir kali aku mengeksplor tempat baru di Kaohsiung. Entah itu karena kesibukan, kerja part time, atau godaan untuk rebahan dan memulihkan tenaga di hari Minggu. Makanya, ketika kemarin aku diajak untuk pergi ke taman menggunakan sepeda, tanpa berpikir dua kali, aku langsung mengiyakan ajakan temanku.
Berbekal Google Maps, kami bertiga pergi menyusuri jalanan kota Kaohsiung yang ramai. Untungnya, pelajar seperti kami difasilitasi oleh sepeda Ubike yang bisa ditemukan di berbagai sudut jalanan. Cara penggunaannya mudah, cukup daftarkan kartu pelajar ke websitenya, kami sudah bisa menggunakan sepeda dimanapun dan kapanpun. Hebatnya lagi, untuk penggunaan 30 menit ke bawah, sewa sepeda tidak memungut biaya sepeser pun! Uwu, luv banget sama pemerintah sini.
Fast forward, begitu sampai ke gerbang samping taman, matahari telah terbenam dan lampu jalanan sudah dinyalakan. Dari kejauhan kami melihat sinar-sinar putih yang diarahkan pada langit. Tanpa sadar, kami mengayuh sepeda kami ke arah sinar tersebut. Kami seperti seekor laron yang terbang memutari cahaya lampu, begitu terpana sampai tak sadar telah masuk ke dalam perangkap baskom air.
Perangkap kami juga mengeluarkan dentingan merdu yang terdengar samar-samar, layaknya nyanyian siren yang menyihir para pelaut. Tapi kami tak menyesal telah masuk ke dalam perangkap. Karena apa yang kami lihat mungkin hal paling indah yang pernah ku lihat selama di Taiwan. Cahaya yang dipancarkan di antara pohon-pohon memantul pada permukaan danau yang tenang.
Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah cahaya berwarna-warni yang terharmonisasi satu sama lain. Jika bisa, aku ingin menyentuh cahaya itu, merasakan kehangatan di sekujur tubuhku. Tapi kadang, banyak hal indah yang cukup untuk dilihat saja, bukan untuk disentuh apalagi untuk dimiliki. Aku mengayuh sepedaku, menjelajahi banyak tempat yang disinari cahaya-cahaya.
Ada banyak orang di situ. Ada yang mengabadikan momen tersebut menggunakan kamera, ada yang berbincang dengan anggota keluarganya, ada juga yang sibuk dengan dirinya sendiri, tanpa ambil pusing untuk berhenti sebentar. Mungkin pemandangan yang mereka lihat telah menjadi makanan mereka sehari-hari. Sekilas, mereka memang datang untuk berolahraga, bukan sekedar memuaskan hasrat visual mereka.
ia yang hanya berjalan |
Berbeda denganku yang memang datang untuk memanjakan mata yang letih ini. Tapi sama seperti mayoritas manusia, aku tak dapat menahan diri untuk tak menyimpan pemandangan ini dalam bentuk foto. Aku iri pada mereka yang benar-benar terhanyut pada pemandangan yang mereka lihat hingga tak berpikir untuk melihatnya lagi dalam layar kecil. Karena sungguh, pemandangan yang kulihat dengan netraku tak bisa dibandingkan dengan foto yang kuambil.
Tapi dengan foto yang kuambil, aku bisa memberikan sedikit pesona pada mereka yang tak bersama-sama denganku. Pada kamu yang sedang membaca tulisan ini, aku ingin membuktikan padamu bahwa deskripsiku bukan hanya bualan semata. Dan aku harap kamu bisa pergi ke sini suatu saat nanti.
Pulangnya, kami kembali memutuskan untuk bersepeda. Jangan repot-repot tanya, kedua kaki kami semuanya sakit karena tak terbiasa. Tapi aku puas. And it matters the most.
Have a '我不願讓你一個人 (I Won't Let You Be Lonely) -Mayday'
Komentar
Posting Komentar