Ulasan Film: Snow Flower and The Secret Fan
Film ini diangkat dari buku dengan judul sama oleh Lisa See. Setelah sebelumnya aku membahas bukunya, kali ini aku mau membandingkan sedikit antara alur buku dengan alur film. Sebenarnya dari awal film pun sudah terlihat perubahan film adaptasi buku ini. Karena di film terdapat tokoh baru dengan latar belakang abad ke-21, Nina dan Sophia. Diceritakan mereka sudah bersahabat dekat sejak remaja. Nina merupakan guru Bahasa Mandarin bagi Sophia yang datang dari Korea (artis yang memerankannya memang berasal dari Korea Selatan). Persahabatan mereka terjalin sangat erat bahkan ketika ibu tiri Sophia tidak menyukai keberadaan Nina. Saking eratnya persahabatan mereka, keduanya saling mengorbankan perasaan dan masa depannya masing-masing.
Isi filmnya sendiri silih berganti antara cerita Nina-Sophia dan Lily-Snow Flower. Diceritakan bahwa Sophia merupakan keturunan dari Snow Flower. Aku takkan membahas terlalu jauh mengenai Nina dan Sophia, karena fokus utamanya adalah Lily dan Snow Flower. Di film, perjalanan hidup mereka berdua, khususnya Lily berjalan dengan sangat cepat. Memang salah satu tantangan mengadaptasi buku menjadi film adalah durasi yang harus diperhatikan. Aku sendiri tak mengerti apa alasannya menambah isi film dengan cerita Nina-Sophia. Apakah semata untuk kekayaan dan kekreatifan isi film?
Ketika membaca buku, kita akan mengerti dari mana datangnya keintiman antara Lily dan Snow Flower. Mulai dari percakapan mereka, kegiatan yang mereka habiskan bersama-sama, sampai isi hati Lily. Di film, kita hanya ditunjukkan bahwa hubungan mereka memang erat, itu saja. Konflik pun tidak digali lebih dalam dan hanya berlandaskan beberapa konfrontasi Lily. Pada saat Snow Flower ‘memutuskan ikatan’ laotong dengan Lily, tak dijelaskan mengapa Lily seolah menerima begitu saja keputusan laotong-nya. Di buku, kita sedikitnya dapat mengerti dan berempati dengan keputusan Lily yang mengacuhkan Snow Flower.
Walau begitu, aku suka visualisasi yang ditunjukkan di film. Meskipun pergantian scene dilakukan dengan sangat cepat, itu sudah cukup menunjukkan karakteristik Lily dan aktivitas para wanita di masa itu. Sekaligus tradisi dan peran wanita yang kontras sekali bila dibandingkan dengan masa sekarang. Perbedaan status sosial Lily dan Snow Flower ketika sudah menikah pun ditunjukkan dengan jelas di film. Seperti desain rumah, pakaian, sampai ke tatanan rambut. Aku suka pakaian mereka yang kaya akan warna dan motif.
Meski begitu, film tentu saja tak dapat memperlihatkan kekayaan rasa yang dialami oleh para tokohnya, khususnya Lily. Bagaimana pikiran dan didikan orang tua Lily mempengaruhi tindakan dan keputusannya di masa depan tak dapat ditunjukkan di film. Sayang sekali sebenarnya karena masih banyak aspek tentang bagaimana wanita pada masa itu memposisikan diri sebagai anak, istri, ibu, dan janda. Dilema yang dirasakan karena tekanan untuk melahirkan anak laki-laki dan menganggap anak perempuan lebih rendah dari hewan ternak ketika dirinya sendiri adalah perempuan kerap kali dituliskan di novel.
Tentu saja novel tak dapat menjadi acuan faktual atau tidaknya wanita dan keseluruhan sistem sosial pada masa itu. Tapi jika diperhatikan lebih lanjut, masih ada kepercayaan maupun cara berpikir yang tersisa di dalam diri para sepuh di keluarga kita, khususnya keluarga keturunan Tionghoa. Satu hal yang paling aku perhatikan adalah, film memuat alasan dibalik keputusan Snow Flower yang akhirnya malah disalah pahami oleh Lily. Ini memberikan perspektif baru bagi keseluruhan cerita karena di novel, kita hanya melihat dari sudut pandang Lily. Dan hanya bisa menebak-nebak alasan Snow Flower.
Satu hal lagi, aku suka cara narator membacakan pesan yang ditulis oleh Snow Flower kepada Lily melalui kipasnya ini. Suaranya seolah menunjukkan ketegaran seorang wanita dan setiap kata dilafalkan pelan namun tegas. Bagi orang awam mungkin ini adalah hal yang sepele, tapi jika aku yang menarasikan, laoshi pasti mengira aku sedang marah-marah karena membaca setiap kata dengan nada empat (yang belajar Mandarin pasti ngerti wkkw).
*Nih, aku kasih beberapa foto dari filmnya (semuanya dari Google btw)
Komentar
Posting Komentar