(REVIEW) Central Park
Ketika kau terbiasa memburu pembunuh, lalu suatu ketika kau terbangun di negara lain, terborgol bersama orang asing dan diburu.
Alice Schäfer, kapten divisi kriminal kepolisian Paris tiba-tiba terbangun di tengah taman Central Park, New York dalam keadaan terborgol bersama pria asing. Tak ada handphone, dompet, maupun lencana kepolisian miliknya. Lebih sialnya, ia tidak tahu mengapa ia bisa berada di tengah-tengah New York.
Di situasi seperti itu, insting polisinya mulai mengambil alih dirinya. Sedikit demi sedikit ia menggunakan petunjuk seadanya untuk menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi. Untuk mengungkap siapa dalang di balik peristiwa ini.
Bersama pria asing yang baru dikenalnya pagi tadi, Gabriel Kayne ia menyusuri kota New York dari satu daerah ke daerah lain. Semakin jauh ia berjalan, semakin banyak pertanyaan yang harus dijawab.
Di saat seperti ini, ia mau tak mau harus mengandalkan Gabriel Kayne, seorang musisi jazz. Berdua mereka menjawab satu per satu pertanyaan. Pada satu titik, ia harus meragukan kedua orang terdekatnya, ayahnya sendiri dan sahabatnya. Ia dipaksa membuka kembali luka lama yang hampir membunuhnya tiga tahun yang lalu.
Buku ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, dia sebagai Alice Schäfer. Alurnya menggunakan alur maju-mundur untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu. Mengikuti kisah hidupnya, kita mau tak mau merasakan simpati kepada tokoh Alice Schäfer. Seolah-olah dunia tak berhenti untuk memberinya napas sejenak.
Mengikuti investigasi kedua tokoh utama, kita diajak untuk ikut serta mereka-reka apa yang akan terjadi berikutnya. Di setiap lembaran kertas, ada rasa penasaran yang harus terjawab pada hari itu juga. Aku tak bisa menutup buku ini sebelum aku tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dari awal, buku ini sudah menjelaskan latar tempat dengan detail. Jalan-jalan, gedung-gedung New York, dan daerah sub urban dideskripsikan untuk memberikan gambaran mengenai suasana New York pada saat itu. Which is good for some people, but not for me. Aku jadi harus mengerahkan lebih banyak tenaga untuk membayangkan tempat-tempat yang mereka kunjungi.
Buku ini juga memuat banyak istilah dan singkatan asing berseliweran di mana-mana. Kebanyakan merupakan singkatan organisasi baik di Paris maupun di New York. Sisanya merupakan nama makanan yang menjadi ciri khas kota New York. Untungnya, selalu ada catatan kaki di bawah halaman. Khusus untuk deskripsi makanan, catatan kaki ini benar-benar tidak membantu. Membacanya malah membuat aku kelaparan!
Akhir kata, buku ini cocok buat kamu yang suka plot twist. Baca buku ini bikin kita suuzan sama tokoh utamanya. Dan jangan lupa siapkan waktu untuk menjelajahi kota New York bersama Alice Schäfer dan belajar sesuatu dari kehidupan peliknya.
Komentar
Posting Komentar