Tujuan Keberangkatan
Sementara aku di bawah sini, menatap lampu-lampu yang mulai dinyalakan satu per satu. Mereka ingin mengalahkan gemerlap bintang kurasa. Yah, itulah pemandangan yang akan kau dapatkan kalau kau tinggal di kawasan padat penduduk. Lampu yang dinyalakan sudah seperti bintang bertebaran di langit. Cahayanya membuat bintang rendah diri lalu menghilang dari pandanganku. Sedikit yang mereka tahu kalau sebenarnya tubuh mereka jauh lebih besar daripada lampu.
Kapan ya, terakhir kali aku benar-benar menikmati pemandangan yang langit berikan?
Ngomong-ngomong soal malam hari, aku jadi teringat satu tempat yang kemungkinan besar menjadi tujuanku melarikan diri. Tempat ini luar biasa dan aku yakin, walau memiliki nama yang sama, tempat ini akan berbeda bagi setiap orang. Itu karena setiap orang melihat tempat ini dengan cara yang tak sama.
Walau malas mengakuinya, tempat ini adalah tempat bagi para pengecut yang terlalu takut menjadi dewasa. Dan aku salah satu dari para pengecut itu. Banyak orang mengetahui tempat ini, tapi sedikit yang pernah benar-benar pergi ke sana. Itu karena, menurutku, tempat ini cuma dijadikan pelarian bukan tempat tinggal. Ada yang bisa tebak?
Tet tot!
Neverland. Nama tempat itu Neverland. Suatu tempat yang dianggap cuma latar tempat dongeng anak-anak. Suatu tempat yang ingin aku percayai keberadaannya sekarang.
Saat aku kecil, buku cerita bergambar adalah awal perkenalanku dengan Peter Pan dan Neverland. Cara Peter menangisi bayangannya yang terputus, kata-katanya kepada Wendy, lalu uluran tangannya yang mengundang Wendy pergi ke Neverland. Semua itu membuatku menahan napas, gugup, tak sabar ingin tahu kelanjutannya.
Seiring berjalannya waktu, aku yang dulu lebih banyak memegang buku cerita bergambar mulai beralih ke buku pelajaran. Cerita Peter Pan dan Neverland terkubur begitu saja jauh di dalam benakku. Bertahun-tahun kemudian, justru cerita itulah yang menemukanku.
Neverland...
Tempat apa itu? Petualangan seperti apa yang akan menemuiku di sana? Pertanyaan-pertanyaan itu akan ada jawabannya ketika kakiku menginjak Tanah Kemustahilan itu sendiri. Untuk sekarang, ada satu pertanyaan besar yang jawabannya belum kutemukan.
Bagaimana caranya pergi ke sana?
Komentar
Posting Komentar