An Introduction
'Misi Melarikan Diri' merupakan segmen pertama dari blog ini. Ide ini bermula pada suatu sore yang temaram. Ketika hati ingin melihat dunia lain selain rumah namun kaki terlalu malas untuk berjalan, bahkan untuk pergi ke warung! Jadi, aku mulai mereka-reka sebuah rencana untuk melarikan diri.
Dari apa..?
Seperti yang tertera pada tanggal postingan ini dibuat, sekolah sudah diliburkan sejak berbulan-bulan yang lalu. Atau setidaknya itulah yang kalendar tunjukkan. Karena bagiku, hal itu sudah berlangsung lama sekali sampai aku lupa bagaimana caranya tertawa lepas tanpa ada 'wkwkwkwk' di dalamnya.
Aku benci! Benci masa kebersamaan itu direnggut paksa tanpa ada peringatan sebelumnya. Berang ketika perpisahan SMP cuma melalui ucapan maaf dan terima kasih di Whatsapp. Sebal ketika tiba-tiba air mata ini mengalir dan yang bisa kulakukan cuma memeluk lutut sendirian. Tak ada ringisan malu karena menangis di depan teman-teman atau tepukan menguatkan seperti yang biasa dilihat di acara wisuda.
Kata orang masa SMA adalah masa paling menyenangkan. Jadi masa inilah yang paling kutunggu. Tapi apa yang kudapatkan? Aku kurang bisa beradaptasi di sekolahku yang baru. Aku sama sekali tak mengerti apa yang diajarkan. Dan aku berada di jurusan yang bukan mauku.
Dua paragraf singkat benar-benar tak cukup untuk mengungkapkan perasaan hatiku selama enam bulan belakangan. Aku lebih sering mengalami perubahan mood secara drastis. Kepercayaan diriku juga menurun karena semua hal aku lihat dari dunia maya. Aku merasakan tuntutan untuk 'glow up' diusiaku yang baru menginjak 15 tahun. Konyol, yah? Atau memang seharusnya begitu?
Sebenarnya, kalau kamu mencari tahu apa itu arti kata 'kabur', KBBI menyebutnya sebagai melarikan diri. Dan ya, aku memang berencana untuk kabur. Kabur dari tanggung jawabku sebagai remaja. Walau tak mau melebih-lebihkan, remaja juga sebenarnya tersiksa pada situasi seperti ini. Meski begitu, aku tak pernah membaca artikel yang menyinggung hal tersebut. Jadi aku menggunakan suaraku, tidak hanya untuk diriku sendiri tapi untuk para remaja yang mungkin merasakan hal yang sama denganku.
Akhir kata, mengutip seperti apa yang sering dikatakan Buzz Lightyear,
"Menuju tak terbatas dan melampauinya."
Komentar
Posting Komentar